Untuk memulai budidaya tanaman secara vertikultur sebenarnya tidak perlu direpotkan dengan peralatan dan bahan yang akan menghabiskan biaya yang besar, yang penting wadah yang dipakai dapat menyediakan ruang tumbuh yang baik bagi tanaman. Namun terkadang kita ingin hasilnya nanti tidak hanya berupa panen tapi juga keindahan tanaman yang ditanam secara vertikultur dan struktur bangunan/wadah tanam tahan lama.
Alat yang diperlukan adalah sebagai berikut :
- gergaji/parang – palu
- paku – tang
- gunting – cangkul
- sekop – bor
- kayu – dll.
Bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut :
- pralon/bambu/talang/papan – kaso
- reng – plastik bening
- pupuk kandang – tanah gembur
- sekam, serutan, atau gergaji kayu – kotak semai untuk benih
Banyak sedikitnya alat dan bahan yang digunakan bergantung pada
bangunan dan model wadah yang akan kita pilih. Ukuran panjang-pendek,
tinggi-rendah, serta besar kecilnya tergantung lahan yang kita miliki.
Cara Pembuatannya sebagai berikut :
Ukur terlebih dulu jarak lubangnya, misalnya 10 sampai dengan 15 cm.
Tandai silang dengan pensil sepanjang 10 cm.
Dari batas 10 cm tersebut ukur naik 10 cm.
Lakukan seterusnya sehingga sampai ujung pralon.
Gergajilah setiap tanda silang dengan lebar 10 cm.
Siapkan lampu teplok.
Pralon yang sudah digergaji dipanaskan dengan lampu teplok.
Bila sudah agak lembek, cepat tekan ke dalam dengan besi atau kayu bulat.
Bagian atas ditekan ke dalam untuk menahan tanah / akar tanaman.
Bagian bawah ditekan keluar.
Agar bisa berdiri tegak, bagian bawah bisa di cor permanen atau bisa pula diberi pemberat semen dengan wadah kaleng atau pot.
Setelah lubang tanam selesai dibuat, siapkan tanah gembur, pasir, dan kompos dengan ukuran 1 : 1 : 1 dan bisa ditambahkan pupuk urea. Biarkan selama lebih kurang 1 minggu dengan setiap kali disiram air dari lubang atas.
Pada dasarnya semua tanaman bisa ditanam dalam wadah pralon. Namun,
sebaiknya hal itu dilakukan untuk tanaman yang tingginya kurang dari
satu meter. Untuk tanaman yang tidak membutuhkan banyak air dan banyak
sinar matahari, bisa ditanam di lubang atas dan perlu banyak air di
bagian bawah. Misalnya di bagian atas cabai, di tengah seledri, dan
bawah ginseng atau katuk. Kita harus pula sering menambahkan kompos atau
tanah gembur di setiap lubang apabila media tanahnya berkurang.
Apabila Anda punya sisa-sisa pralon bekas membangun rumah, jangan dibuang. Itu bisa dijadikan menjadi wadah tanam yang indah dan unik. Pandai-pandailah memanfaatkan lahan di pekarangan / halaman kita untuk berbagai tanaman produktif atau tanaman obat. Di rumah yang sudah tak ada tanah kosong karena dipenuhi bangunan, atap kamar dan pagar rumah serta lokasi di atas got dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Mulai dari tanaman sayuran, tanaman obat sampai ke tanaman buah-buahan bisa dimiliki. Semuanya bisa tumbuh subur bersamaan kalau kita telaten merawat dan memberikan kasih sayang.
PEMELIHARAAN TANAMAN
Tanaman juga memerlukan perawatan, seperti halnya makhluk hidup yang lain. Tanaman memerlukan perhatian dan kasih sayang. Selain penyiraman dilakukan setiap hari juga perlu pemupukan, dan juga pengendalian hama penyakit.
Tanaman juga memerlukan perawatan, seperti halnya makhluk hidup yang lain. Tanaman memerlukan perhatian dan kasih sayang. Selain penyiraman dilakukan setiap hari juga perlu pemupukan, dan juga pengendalian hama penyakit.
a. Pemupukan
Sebaiknya pupuk yang digunakan adalah pupuk organik misalnya pupuk
kompos, pupuk kandang atau pupuk bokashi yang menggunakan teknologi
mikroorganisme 4 (EM4). Agar buah tidak mudah rontok sebaiknya
menggunakan KCL satu sendok teh atau sendok makan tergantung besar
kecilnya pohon. Pemberian KCL sebaiknya setiap 5 sampai 6 bulan sekali.
Di perkotaan, pupuk kandang atau kompos harganya menjadi mahal. Kalau
kita mau irit/berhemat, kita bisa membuatnya sendiri. Limbah dapur atau
daun-daun kering bisa kita manfaatkan untuk pembuatan pupuk bokashi
(baca artikel resep bokashi). Dewasa ini masyarakat mulai banyak
mempertimbangkan mengkonsumsi hasil panen yang Iebih sehat cara
penanamannya, yakni yang menggunakan pupuk dan pengendalian hama alami.
Meski lebih mahal tetap dibeli karena dirasa lebih aman dikonsumsi untuk
kesehatan.
b. Pengendalian Hama Secara Alami
Saat ini banyak dijual racun pestisida yang menggunakan bahan
kimia. Sayuran yang penampilannya tampak cantik, segar dan bersih kadang
kala malah berbahaya untuk dikonsumsi, karena banyak menggunakan
pestisida kimia. lni bisa membahayakan kesehatan. Hal yang perlu
diperhatikan apabila kita terpaksa menggunakan bahan kimia harus
benar-benar selektif agar tanaman yang kita usahakan tidak tercemar.
Sebaiknya dua minggu sebelum masa panen jangan menggunakan obat/racun
pestisida.
Untuk berkebun di rumah sebaiknya jangan menggunakan bahan kimia. Ditekankan pula jangan menggunakan furadan untuk membunuh hama yang ada di dalam tanah. Penggunaan furadan bisa mengurangi tingkat kesuburan tanah dan juga mencemari tanaman kurang lebih selama sebulan. Jadi, sebaiknya untuk tanaman sayuran tidak perlu menggunakan furadan
PEMANENAN DAN PASCAPANEN
Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar (sawi, bayam, seledri, kemangi, slada, kangkung dan sebagainya). Apabila kita punya tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila kita potong daunnya. Dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan kita bisa panen berulang-ulang. Upaya lain agar hasil Pasca Panen punya nilai lebih dan tahan lama hendaknya dilakukan pengolahan menjadi suatu produk yang mempunyai nilai lebih.SEHAT
Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar (sawi, bayam, seledri, kemangi, slada, kangkung dan sebagainya). Apabila kita punya tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila kita potong daunnya. Dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan kita bisa panen berulang-ulang. Upaya lain agar hasil Pasca Panen punya nilai lebih dan tahan lama hendaknya dilakukan pengolahan menjadi suatu produk yang mempunyai nilai lebih.SEHAT
Banyak cara hidup sehat. Salah satunya adalah mengkonsurnsi makanan yang sehat. Tanpa banyak mengandung unsur kimiawi, zat pewarna atau pengawet. Begitu pula dengan tinggal di rumah yang sehat. Penuh ”warna” oleh pepohonan, jauh dari pencemaran lingkungan.
Teknik vertikultur adalah upaya untuk menghasilkan tanaman yang
lebih higienis dan ramah. Terlebih lagi bila pertanian tersebut dipakai
dengan konsep organik, tentu hasilnya akan berbeda. Pemilik kebun dapat
membuat sendiri pupuk alami dari bahan-bahan sederhana, yang diperoleh
dari limbah atau sampah dapur. Untuk urusan hama penyakit pun tak perlu
khawatir, resep tradisional peninggalan orangtua mampu menghadapi hama
itu (baca artikel pestisida nabati).
Memang hasil panen dari kebun kecil ini tidak sebesar dengan cara
konvensional. Yang umumnya memakai pupuk kimia jenis urea, TSP, atau NPK
dalam unsur tanah. Di balik itu ada hasil yang lebih membanggakan bila
memakai cara alami. Asupan zat kimia ke dalam tanaman dapat diperkecil.
Air untuk menyiram pohon juga jauh lebih bersih.
Untuk budidaya sayuran cara vertikultur temyata hasil panennya
tidak jauh dengan petani umumnya. Pohon cabai dapat dipetik hasilnya
pada usia tiga bulan. Tanaman sawi atau selada bisa dipanen ketika umur
40 hari. Terong atau pare berbuah di usia tiga bulan. Begitu juga dengan
bayam yang siap dipetik pada hari ke-28. lbu-ibu tak perlu repot untuk
pergi ke pasar atau supermarket untuk membeli sayuran yang lebih fresh.
Hasil ladang bertingkat di halaman jauh lebih segar daripada di sana.
Lagipula ada kepuasan batin untuk itu. Memakan hasil bumi dari jerih
payah sendiri, meskipun sedikit adanya.
Sumber: http://www.adipala.com, Gambar dari berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar