Translate by: Mr. M. Azwar Anas *)
Sun Tzu adalah penduduk asili dari negara Ch'i. Karyanya "Art
of War" telah menarik perhatian Ho Lu, Raja dari negara Wu. Ho Lu kemudian
berkata kepadanya, "Aku telah membaca ke-13 bab yang telah kau tulis.
Bolehkan teorimu dalam mengatur pasukan diujicobakan?"
Sun Tzu menjawab, "Tentu saja."
Ho Lu kemudian bertanya kembali, "Bisakah diujicobakan
pada kalangan wanita?"
Jawabannya tetap saja bisa, sehingga kemudian 180 orang
wanita dari istana di bawa keluar. Sun Tzu membagi mereka menjadi dua kelompok,
dan kemudian tiap kelompok dikepalai oleh selir kesukaan Raja. Kemudian tombak
dipersiapkan di masing-masing pasukan dan kemudian memberikan penjelasan kepada
mereka, "Aku anggap kalian tahu perbedaan antara depan dan belakang,
tangan kanan dan tangan kiri?"
Para wanita tersebut menjawab, "Ya, kami tahu."
Sun Tzu kemudian melanjutkan, 'Ketika aku katakan 'Mata di
depan', kamu harus melihat ke depan. Ketika aku bilang 'Tengok Kiri', kalian
harus menghadapkan tubuh ke arah tangan kiri. Dan ketika aku bilang 'Tengok
Kanan', kalian harus menghadapkan tubuh ke arah tangan kanan kalian. Dan bila
aku bilang 'Berbalik', kalian harus menghadapkan tubuh ke arah belakang.
Para wanita itu mengiyakan. Kata-kata perintah telah
dijelaskan. Dia kemudian mengatur kapak perang untuk memulai latihan. Kemudian,
bersamaan dengan suara gendang yang ditabuh, dia memberikan perintah 'Tengok
Kanan'. Tetapi para wanita ini hanya tertawa terbahak-bahak. Sun Tzu berkata:
Bila kata-kata perintah tidak jelas dan jernih, bila perintah tidak dipahami
sepenuhnya, jendral lah yang harus disalahkan".
Maka ia melatih mereka lagi, dan kali ini ia memerintahkan 'Tengok Kiri' kepada para
wanita tersebut, namun mereka kembali tertawa terbahak-bahak. Sun Tzu berkata,
"Bila kata-kata perintah tidak jelas dan jernih, bila perintah tidak
dipahami, jendral lah yang harus disalahkan. Tapi bila perintahnya sudah jelas,
dan para prajuit tetap tidak patuh, maka kesalahan ada pada kepala
pasukan."
Kemudian, ternyata dia memerintahkan kepala pasukan dari
kedua kelompok untuk dipenggal kepalanya. Raja Wu yang melihat kejadian ini
dari atas paviliun, ia kaget karena melihat dua selirnya akan dipenggal,
kemudian ia bersegera memberi pesan dan perintah. "Kami cukup puas dengan
kemampuan jendral kami menangani tentara. Bila kami kehilangan dua selir
ini maka makanan dan minuman kami akan
terasa hambar. Kami harapkan mereka untuk tidak dipenggal.
Sun Tzu membalas, "ketika menerima perintah Yang Mulia
untuk menjadi jendral pasukan ini, ada beberapa perintah Yang Mulia, sesua
dengan kapasitas yang diberikan, tidak bisa saya terima."
Selanjutnya, dua kepala pasukan kemudian dipenggal, dan
segera dicarikan pengganti sebagai pimpinan pasukan. Ketika ini sudah
terlaksana, genderang sekali lagi ditabuh untuk latihan sekali lagi. Setelah
itu para wanita bervolusi, menghadap kiri, kanan, bergerak ke depan atau
memutar ke belakang, berlutut, atau berdiri, semua dilakukan dengan akurasi dan
ketepatan yang sempurna, tanpa ada keluhan atau suara apapun. Kemudian Sun Tzu
mengirim seorang untuk menyampaikan pesan kepada Raja. "Prajurit Yang
Mulia, sekaran ini telah dilatih dan disiplinkan, dan siap untuk diinspeksi.
Mereka siap diperintahkan untuk apapun. Perintahkan mereka melalui api dan air,
dan mereka akan patuh.
Tetapi Sang Raja membalas, "Biarlah jendral kami
menghentikan latihannya dan kembali ke kemahnya. Sementara bagi kami, kami
tidak berhasrat untuk turun dan menginspeksi pasukan. "
Sun Tzu kemudian berkata, "Yang Mulia hanya senang
dengan ucapan-ucapan, dan tidak bisa menerjemahkannya dalam tindakan
nyata."
Setelah itu, Ho Lu menyatakan bahwa Sun Tzu adalah seseorang
yang tahu bagaimana menangani sebuah pasukan, dan kemudian menunjuknya sebagai
jendral. Di daerah barat, dia mengalahkan Negara Ch'u dan terus bergerak ke
Ying, Ibukotanya. Di daerah utara dia memberikan sensasi takut pada negara Ch'i
dan Chin, dan menyebarkan kedigdayaannya kepada para pangeran. Dan Sun Tzu
berbagi kejayaan Rajanya.
Heeeemmm.. dari cerita diatas sedikit banyak telah membuat tim PDG PKPU Surabaya melihat kembali kinerjanya masing-masing selama ini. Banyak persepsi yang berkembang setelah my boss, Mr. MAA mengirimkan tulisan tersebut kepada kami. Persepsi teman2 mulai dari pemenggalan salah satu individu di PDG, pendapat tentang sang raja PKPU, sampai tentang mencari permisuri baru, hahahaha... Seru... Yah, tim kami memang butuh banyak masukan dan pelajaran agar menjadi lebih berarti dan menjadi The bast team of the year... heeeem... Terima kasih kami ucapakan untuk manajer dan guru terbaik kami, Mr M. Azwar "When" Anas *), yang telah mentranslatekan bukunya Pak Sun Tzu, hingga kami tak perlu bertanya pada mbak Google terkait arti perkata dari buku berbahasa inggris itu. Dan ini sangat menginspirasi kami... Semoga temen2 yang sempat berkunjung ke blog ini juga mendapat inspirasi, biar ga Mr. When aja yg dapat pahala... hehehehe...
Selamat Berkarya teman2!!!
NB: jadi ingat pesan Alm My Papa "Do the Best Girl!!!"