20 Januari 2011

Menemukan Puisi Lama

Diposting oleh tiu_aja di 19.20
Masih ingat skali diingatan kita sosok Eyang Rendra dengan semua karya dan celoteh tulisannya untuk bangsa... Aku mengenalnya pertama kali lewat TV. Lalu waktu ku masuk SMA, ikutlah aku di komunitas teater sekolahku, AGNI namanya. Disinilah aku banyak mengetahui puisi-puisi beliau... Hebatnya pesan moral yg terkandung... Benar2 beda... Ya walau ada hal negatif, tp hal positif menutup semuanya...

Dan ini adalah karya yg sangat terlukis dikepala adalah "Balada Terbunuhnya Atmo Karpo". Sangat ingat krn teman q icha mbacanya siip bgt... qt berdua selalu latihan bareng... paling ingat pas ujan qt disuruh latihan vokal dg jarak 10 meter dari sang kakak pelatih... itu sangat berkesan, soalnya hrs ngulang 5 kali lbh... oh mb yasmin, untung yg ngajari dirimu, kalo yg lain, bisa mungkin 10 x lebih... hehehe... So... silahkan dibaca, trs ada pembahasannya jg lho, tapi ngambil tulisan org... thx u masdeewee... Let's chack it out...

Balada Terbunuhnya Atmo Karpo

Rendra

Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang

Segenap warga desa mengepung hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri

Satu demi satu yang maju terhadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.

Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.

Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.

Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.

Bedah perutnya tapi masih setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala

Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.

Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derunya dendam yang tiba.
Pada langkah pertama keduanya sama baja.
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka.

Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta bulan, sorak sorai, anggur darah

Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapanya.

Puisi itu mengisahkan tentang seorang perampok, Atmo Karpo, yang sedang diburu oleh semua warga. Sial baginya karena malam itu bulan menampak penuh menyinari malam (Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para). Sehingga Atmo Karpo pun tak bisa bersembunyi di balik pekatnya malam.

Malam itu, Atmo Karpo hanya bisa Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang.

Tapi, bukan berarti dia menyerah begitu saja. Dia hadapi semua orang yang hendak menangkapnya. Sehingga darah pun tertumpah dan satu persatu pengejarnya rubuh tertebas. Bahkan dengan gagahnya, dia berkata kepada mereka, “Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal! Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa. Majulah Joko Pandan! Di mana ia? Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.“

Walaupun anak panah empat arah dan musuh tiga silang bertubi-tubi menyerangnya, Atmo Karpo tegak meski dengan luka tujuh liang. Bahkan telah bedah perutnya tapi masih setan ia. Dia pacu kudanya terus untuk menyibak malam, bahkan semakin kencang (Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala).

Sembari memacu kudanya, berkali-kali dia memanggil Joko Pandan, “Joko Pandan! Di manakah ia! Hanya padanya seorang kukandung dosa.”

Hingga akhirnya muncullah sosok yang dia cari. Digambarkan di dalam puisi, bahwa lelaki itu datang dengan berkendara kuda hitam. Atmo Karpo pun merasa ridla dada bagi derunya dendam yang tiba.

Pertarungan sengit pun tak terelakkan. Pada langkah pertama keduanya sama baja. Namun, pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo. Sangat maklum karena sebelumnya Atmo Karpo telah bertarung dengan para pasukan kerajaan yang hendak menangkapnya. Sehingga, panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka.

Akhirnya tewaslah Atmo Karpo di tangan Joko Pandan. Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang. Tindakan itu dia lakukan karena ada kepercayaan bahwa seorang pembunuh jika telah meminum darah korbannya maka arwah si korban tidak akan bergentayangan menuntut balas.

Malam itu sorak sorai para pasukan kerajaan pun membahana, tetapi satu orang yang merasa menyesal, dialah Joko Pandan. Karena, ia telah membunuh bapanya.

Sebenarnya, Atmo Karpo bukanlah maling biasa. Dia adalah sosok pemberontak yang tak setuju dengan ketimpangan. Di satu sisi, kerajaan bergelimangan harta, tapi di sisi lain rakyat hidup sengsara. Maka, Atmo Karpo pun memilih menjadi maling kerajaan. Dia curi harta kerajaan dan dibagikan kepada rakyat miskin.(Sumber: masdeewee on Februari 11, 2010 - http://masdeewee.wordpress.com/2010/02/11/rendra-dan-balada-terbaiknya/)

0 komentar:

 

THe WaY oF LiFe Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea