Masih ada keinginan dalam diri ini, nanti jika memiliki rumah, punya kebun yang tanamannya bisa dimanfaatkan untuk kesehatan, tanaman pangan atau lainnya.
Nah, untuk saat ini banyakin ilmunya aja dulu... Sampai nanti bisa mewujudkannya...
Saat ini hanya bisa mencoba menanam benih dari jeruk ato semangka yang buahnya sudah kami makan... Hehehe... Ini project iseng-iseng berhadiah namanya...
Berikut ada artikel bagus... Semoga bisa menginspirasi kita semua...
Mari Berkebun,,, Yuuuuk.. Mariiiii...
--------------------------
Berkebun tentu pekerjaan yang menyenangkan. Daripada melihat halaman
rumah kosong, alangkah indahnya ditumbuhi pepohonan. Mengurusi aneka
tanaman hias, buah-buahan, atau tumbuhan obat dapat menjadikan waktu
luang lebih berguna. Suasana tempat tinggal pun tampak lebih segar.
Tapi, bagaimana bila tidak memiliki lahan yang memadai? Atau cuma
sejengkal tanah di depan rumah yang pas-pasan? Padahal, keinginan
merawat pohon sangat besar. Tentang hal itu, enggak perlu patah semangat
kok. Ibu-ibu, kaum remaja atau para bapak yang sudah pensiun tetap
dapat melakukannya di sela-sela aktivitas rutin sehari-hari. Vertikultur
adalah cara pertanian yang hemat lahan. Sangat cocok diterapkan di
daerah permukiman padat.
Kata vertikultur diambil dari bahasa Inggris, verticulture yang
merupakan penggabungan dua kata, vertical dan culture. Pengertiannya
adalah suatu cara pertanian yang dilakukan dengan sistem bertingkat.
Mengolah tanah dalam sistem ini tidak jauh berbeda dengan menanam pohon
seperti di sebuah kebun atau sawah.
Namun ada kelebihan yang diperoleh, yaitu dengan lahan yang minimal mampu menghasilkan hasil yang maksimal.
Pada pertanian secara umum atau konvensional, mungkin satu meter
persegi hanya dapat ditanami lima batang pohon. Lewat pola bersusun atau
bertingkat ini, dapat ditumbuhi sampai lima batang.
Caranya yaitu dengan membuat sebuah rak untuk menaruh tanaman. Tanpa
harus menanamnya langsung pada lahan yang ada. Rak tersebut dapat
terbuat dari kayu, papan atau bumbu.
Bila ingin lebih kuat dapat menggunakan kerangka besi atau stainless steel. Tapi itu lebih mahal ongkos pembuatannya.
Mengenai model dan ukuran, terserah kreativitas pemesan. Dibuat
sedemikian rupa agar mampu menjejali banyak tanaman. Pada umumnya adalah
berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga.
Dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Yang penting adalah
kuat dan mudah dipindah-pindahkan.
Beberapa bentuk bangunan dikombinasikan dengan bahan seperti seng
atau aluminum persegi panjang. Kegunaannya yaitu untuk menaburi tanah,
sebagai media tanam. Itu mirip dengan petak sawah atau kebun.
Sejumlah pot bunga dapat pula dijejerkan di atas rak. Soal wadah
pohon itu, tidak harus membelinya di pasar. Coba saja tengok ke gudang
atau serambi rumah. Kaleng cat, bekas minyak pelumas, atau botol plastik
minuman mineral yang sudah tidak terpakai, dapat dimanfaatkan.
Antibanjir
Dalam pembuatan kerangka bangunan, yang perlu diperhatikan adalah
ukuran tinggi. Perawatan tumbuhan akan lebih mudah bila rak dibuat
sewajarnya. Karena pengertiannya bertani bertingkat, tentu tak ubahnya
seperti sebuah tangga, bersusun ke atas.
Tidak langsung menanam di dasar tanah pada pekarangan, tapi diatasi
lantai. Jarak sedikit agak tinggi dari permukaan tanah, amat berguna
bila terjadi genangan air. Lantai pun tetap bersih bila memang ditaruh
di sekitar ruangan berubin atau keramik.
Rak mudah ditaruh di mana saja sesuai keinginan. Bisa di halaman
depan, samping, di atas tingkat, bahkan di dalam kamar sekalipun.
Kerangka bangunan dibuat lebih tinggi untuk mencegah terendamnya tanaman
oleh air.
Kreativitas di rumah bisa disalurkan dengan mengecat pot atau rak.
Untuk menambah sentuhan seni yang lebih menarik. Dikombinasikan pula
dengan aneka warna dari berbagai jenis tanaman. Boleh juga ditambah
dengan pernak-pernik pot, seperti wadah air di bawahnya atau pot-pot
gantung.
Selain tanaman hias, pohon obat juga baik sekali ditanam. Lumayan
untuk menambah koleksi, lagi pula sangat bermanfaat. Jenis tapak dara,
sambiloto atau pecah beling dengan mudah hidup di dalam pot.
Tidak itu saja, kombinasi tabulapot (tanaman buah dalam pot) akan
menambah isi “kebun” lebih padat. Untuk mendapatkannya, silakan saja ke
penjual tanaman. Bermacam-macam pohon yang kecil-kecil sudah berbuah
banyak disediakan.
Drum bekas atau sisa kaleng cat ukuran terbesar sekali cocok sekali
sebagai wadahnya. Memang jenis pepohonan tersebut terlalu berat ditaruh
di atas rak. Namun, bapak atau ibu dapat menyesuaikan penempatannya.
Vertikultur sangat cocok dipakai untuk budi daya tanaman semusim,
misalnya sayur-sayuran. Selain menanamnya mudah, hasilnya langsung
dinikmati. Aneka sayuran yang dapat ditanam antara lain seledri, selada,
kangkung, bayam atau kemangi. Pohon cabai, tomat, atau terong, juga
mudah sekali tumbuh di dalam pot. Jenis poly bag atau kantung plastik
tebal berwarna hitam, dapat menggantikan fungsi pot tanaman.
Tinggal bagaimana cara merawat dan mengolahnya saja. Bila hasilnya
berlebihan, dijual sebagai tambahan keluarga. Lagi pula lebih sehat dan
ramah lingkungan.
Lho, apa hubungannya? sebab dalam budi daya bercocok tanam ini, para
anggota keluarga tidak perlu lagi mengeluarkan dana untuk membeli pupuk.
Pupuk alami mampu dibuat sendiri dari sisa-sisa sampah dapur.
Potongan-potongan sayuran, kulit buah atau sisa-sisa makanan merupakan
bahan organik yang bermanfaat. Yaitu bahan yang mudah terurai oleh tanah
dan diperlukan oleh tanaman.
Pembuatannya cukup menimbun di dalam tanah. Dibiarkan terurai selama
kurang lebih satu bulan lamanya. Setelah itu dapat dipakai sebagai media
tanam. Dengan ditambah oleh campuran pasir, tanah gembur, serta pupuk
kompos tadi. Takarannya yang seimbang, yaitu 1:1:1.
Metode takakura itu adalah metode pembuatan komposter yang
diperkenalkan sama pak Takakura dari Jepang. Metode ini punya beberapa
kelebihan, diantaranya ialah : tidak menghasilkan bau, praktis
penggunaannya, dan yang paling penting mah murah biaya nya.
Nah ini dia cara pembuatannya..............
Bahan :
1. Wadah : Keranjang berpori dari plastik tahan lama (Polipropilen),
yang suka dijual di pasar-pasar, contohnya merk Lion Star (Bukan promosi
lho), yang dilengkapi dengan penutup.
2. Biang kompos (starter) : diisi ke dalam keranjang sampe 2/3 ukuran
wadah. Komposisi biang kompos (starter) ini ntar dikasih belakangan.
3. Lapisan Kardus : Kardus pakai-ulang (reuse) dipakai buat melapisi
dinding wadah. Berfungsi menahan panas dan mencegah kompos keluar dari
wadah
4. Bantalan Sekam : sebanyak dua buah, diletakkan di bawah dan di
atas biang kompos (starter). Berfungsi menahan panas, mengatur
kelembaban, dan mencegah lalat.
5. Kain Penutup : diletakkan di bawah tutup wadah. Berfungsi untuk mencegah lalat bertelur ke dalam wadah.
Itu bahan-bahannya. Nah sebelum bikin komposternya, kita harus bikin starternya dulu. Ini ni komposisi starternya :
1. Dedak 4 takaran
2. Sekam 1 takaran
3. Air Gula 1 takaran
4. Pupuk Kompos min. 1 takaran
Cara Pembuatan :
1. Campurkan bahan2 di atas
2. Tambahkan air hingga cukup lembab
3. Campuran dimasukkan ke dalam karung selama 1 – 1,5 hari, sampai hangat.
4. Diamkan campuran hingga 4 – 7 hari
5. Masukkan ke dalam keranjang, sampai memenuhi 2/3 nya
Nah klo starternya dah jadi dan dimasukin ke dalam keranjang, udah
siap deh Komposter Takakura kita. Tinggal dimasukin sampah ke dalamnya.
Urutan lapisan komposter Takakura dari bawah ke atas adalah Lapisan
kardus, bantalan sekam, starter, bantalan sekam, kain penutup.
Oh iya perlu diingat, sebelum dimasukin ke dalam keranjang, sampah
sebaiknya dipotong-potong kecil dahulu. Sampah yang dimasukkan ke
komposter diaduk dengan starter sebelum disimpan. Nah klo udah diaduk,
tutup komposter dengan baik dengan bantalan sekam dan lapisan kain agar
tidak ada lalat yang masuk.
Klo keranjang penuh, maka 1/3 dari kompos yang sudah jadi dapat dipanen.
1. Keluarkan sampah bagian atas, pindahkan ke penampungan sementara (karung dll).
2. Ambil kira-kira sepertiga bagian bawah, untuk digunakan sebagai kompos.
3. Masukkan kembali kompos dan sampah organis yang belum terurai
sempurna, hingga keranjang takakura kembali terisi 2/3 nya. Tempatkan
sampah organis yang belum mengurai di bagian bawah.
Kompos yang dipanen kita matangkan di tempat yang terlindungi dari
sinar matahari selama setidaknya satu minggu. Setelah itu, kompos siap
digunakan.
Oh iya, komposter juga perlu buat dirawat, ada beberapa gejala yang menandakan komposter harus di’service’, yaitu :
1. terlalu kering atau terlalu basah
2. terlalu padat/kurang gembur
3. timbul bau tak sedap
4. kompos menjadi dingin
5. penguraian sampah lebih lambat dari biasanya
Cara buat ‘service’ nya seperti ini ni :
Penyebab masalah Cara Mengatasi.........
1. Terlalu banyak sampah dimasukan sekaligus (lebih dari 1 kg per hari).
Prinsip pengkomposan dengan Takakura adalah kompos jadi harus jauh
lebih banyak dari sampah yang akan diuraikan. Tambahkan banyak sekam.
Aduk-aduk dengan kompos di dalam Takakura. Bila dalam beberapa hari
ternyata kompos masih dingin, coba tambahkan bekatul.
2. sampah terlalu basah atau terlalu kering. § Bila terlalu basah, tambahkan sejumlah sekam dan aduk-aduk dengan sampah lainnya.
Bila terlalu kering, tambahkan air dan aduk-aduk. Lebih baik gunakan
air bekas cucian beras atau rebusan sayur, karena menambah nutrisi.
Usahakan tidak menggunakan air PDAM yang mengandung kaporit.
3. takakura terlalu lama tidak diisi sampah. § Tambahkan kembali
sampah dan air, aduk-aduk. Sampah kaya karbohidrat (nasi dll) dan buah
bagus untuk membangunkan kembali para pengurai. Kalau dalam beberapa
hari, kompos tidak menjadi hangat, tambahkan kembali sejumlah
bekatul,dan bila dirasa perlu, sejumlah sekam.
Bila jumlah kompos telah menjadi terlalu sedikit (kurang dari ½ tinggi
wadah), campurkan sekam hingga tingginya mendekati 2/3. Tambahkan
beberapa genggam bekatul. Aduk hingga merata.
*)Dari Berbagai Sumber
KSATRIA
16 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar